Rabu, 29 Desember 2010

ModaL UtaMa PerNikahaN

Cinta Memang menjadi modal utama sebuah pernikahan yang berlandaskan iman. Namun cinta saja tidak cukup untuk menokohkan bangunan rumah tangga. Harus ada keikhlasan. Ikhlas ketika penghasilan suami tidak sebanding kebutuhan, ikhlas melakukan pekerjaan rumah tangga walau lelahnya tidak seimbang dengan apa yang kita makan. Selain ikhlas, ada sifat yang harus senantiasa kita pupuk yaitu sabar. Seyikh Yusuf Qardhawi mengungkapkan sabar dalam kekayaan adalah zuhud, sabar menerima apa yang terjadi adalah tidak mengeluh, sabar dalam kemiskinan adalah qnaah, sabar adanya musibah dengan tawakkal, sabar memegang rahasia adalah amanah. sabar memang tidak ada batasnya.

Ikatan pernikahan merupakan perjanjian yang berat (Mitsaqan Ghalizan), tidak bisa di gampangkan begitu saja. Ada yang perceraian dan pertengkaran di sebabkan oleh hal-hal sepele. Misalnya, terlambat menyediakan sasrapan pagi, perbedaan kebiasaan, istri yang tidak bisa memasak dan sebagainya. Padahal, Al-Qur'an menggunakan istilah mitsaqan Ghalizhan minimal dalam tiga konteks.

1. Konteks ikatan pernikahan seperti disebutkan dalam Qs. An-Nisaa' ayat 21.
2. Konteks perjanjian ALLAH SWT. Dengan Bani Israil seperti di sebutkan dalam QS. An-Nisaa' ayat 154.
3. Konteks perjanjian ALLAH SWT. dengan para Nabi-nabinya bahwa mereka akan menyampaikan ajaran agama kepada ummatnya masing-masing seperti di sebutkan dalam QS. Al-Ahzab ayat 7.

Maka Ikatan pernikahan sekaliber dengan perjanjian ALLAH dengan BANI ISRAIL dan PARA NABI. Pernikahan bukan hanya sebagai tiket untuk dapat berhubungan secara halal. Lebih dari itu, pernikahan adalah media aktualisasi ketakwaan. Orang-orang yang menyadari hal ini akan tetap menunjukkan kebaikan (cinta) pada pasangannya meski cintanya sedang surut pada pasanganya.
(Qaulan sadiida)






http://irdy74.multiply.com/journal/item/318

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.